Menangis merupakan hal yang lumrah dan wajar terjadi. Ada kalanya seseorang menangis dikarenakan kesedihan yang mendalam, namun ada juga orang yang menangis dikarenakan bahagia dan terharu.
Selain itu, menangis bukan hanya dialami oleh manusia. Karena ternyata hewan juga bisa menangis, begitu pula dengan tumbuh-tumbuhan. Sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits bahwa tumbuhan pun bisa menangis.
Selain itu, menangis bukan hanya dialami oleh manusia. Karena ternyata hewan juga bisa menangis, begitu pula dengan tumbuh-tumbuhan. Sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits bahwa tumbuhan pun bisa menangis.
Dan bukan hanya itu saja, karena ternyata bumi dan langit juga menangis. Bahkan sebuah sumber menyebutkan bahwa bumi dan langit menangis selama 40 hari. Hal ini dikarenakan sebuah peristiwa sedih yang terjadi dibumi. Lantas, apa peristiwa tersebut ? Berikut penjelasan selengkapnya.
Di suatu hari Abdullah bin Abbas didatangi oleh seorang tamu laki-laki. Ketika itu laki-laki tersebut bertanya, "Hai Abdullah bin Abbas, bagaimana pendapatmu tentang firman Allah SWT dalam surat ad-Dukhan ayat 29 ?" yang berarti bahwa "Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan mereka pun tidak diberi tangguh." (QS. Ad-Dukhan:29)
Kemudian lelaki itu melanjutkan pertanyaannya, "Maka apakah bumi dan langit dapat menangisi kematian seseorang ?"
Maka Abdullah bin Abbas pun menjawab, "Ya, sesungguhnya tiada seorang makhluk pun melainkan mempunyai pintu di langit. Dan dari pintu dilangit itu, diturunkan rezeki seorang makhluk dan melaluinya amal perbuatannya dinaikkan. Dan pintu langit itu akan tetap terbuka hingga seseorang wafat. Sehingga apabila seorang mukmin meninggal dunia, maka pintunya di langit tempat naiknya amal dan turunnya rezeki di tutup." Jelas Abdullah bin Abbas
"Karena ditutup itulah, langit merasa "kehilangan" sehingga langit pun menangisinya." lanjut Abdullah bin Abbas.
Setelah pintu di langit tempat turunnya rezeki dan naiknya amal shaleh ditutup, maka selain langit ada pula tempat di bumi yang juga merasa kehilangan kemudian menangis.
Abdullah bin Abbas melanjutkan, "Dan tempat dia biasa mengerjakan shalatnya di bumi serta tempatnya biasa berdzikir kepada Allah SWT, kesemuanya merasa "kehilangan", sehingga bumi pun "menangisinya."
Kemudian terkait penafsiran ayat 29 surah ad-Dukhan ini Abdullah bin Abbas menjelaskan bahwa, "Sesungguhnya kaum Fir'aun tidak memiliki jejak-jejak yang baik, tidak pula memiliki kebaikan yang dinaikkan ke langit kepada Allah SWT. Oleh karenanya kangit dan bumi tidak menagisi kematian mereka."
Oleh sebab itu betapa mulianya orang berman yang kematiannya saja ditangisi langit dan bumi. Dalam penjelasan tafsir yang dikutip Imam Ibnu Katsir ini, Imam Mujahid juga menyampaikan salah satu pendapat yang dikutip Abdullah bin Abbas dari sebuah sumber bahwa bumi menangisi kematian seorang mukmin selama empat puluh hari.
Saat itu Mujahid bertanya, "Apakah bumi dapat menangis ?" Maka Abdullah bin Abbas menjawab, "Apakah engkau merasa heran ? Mengapa bumi tidak menangisi kematian seseorang yang telah meramaikannya dengan rukuk dan sujud pada-Nya ? Dan mengapa langit tidak menangisi kematian seorang hamba yang bertakbir dan tasbihnya berkumandang seperti suara lebah ?"
Dengan demikian, apabila seseorang itu adalah seorang hamba yang mukmin, lalu ia meninggal dunia maka tentu saja bumi dan langit akan menangisi kepergiannya. Sebab telah berkurangnya jumlah orang mukmin yang beribadah kepada Allah SWT.
Post a Comment