JANGANKAN kita yang merupakan manusia biasa, bahkan Nabi Muhammad Saw yang sudah dijamin oleh Allah Swt. bersih dari dosa (mashum), tetap ada yang mencintai dan ada pula yang membencinya.
Nabi Muhammad Saw yang sedemikian mulia akhlaknya, dikenal amanah dan jujur sejak belia, tetap saja ada yang menyakiti dan menghinanya. Bahkan, orang-orang di masa kini pun ada yang membenci Rasulullah Saw. Sampai-sampai ada yang berani membuat berbagai karikatur yang berisi penghinaan terhadap beliau. Ada juga yang menulis berbagai fitnah tentang beliau.
Namun, apakah berbagai penghinaan itu mengurangi kemuliaan Rasulullah Saw? Sedikitpun tidak! Rasulullah Saw tetap diakui sebagai sosok yang paling agung dan paling berpengaruh di dunia.
Siti Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.,"Wahai Rasulullah, pernahkah engkau mengalami hari yang lebih buruk dari perang Uhud?"Rasulullah Saw. menjawab,"Aku pernah menemui kaum yang sangat kejam yang belum pernah aku temui sebelumnya. Yaitu hari di mana aku menemui kaum di kampung Aqabah (Thaif), ketika aku bermaksud menemui Ibnu Abi Yalil bin Abdi Kulal (untuk meminta bantuan dan untuk menyebarkan Islam).
Akan tetapi, dia tidak memenuhi permintaanku. Akupun pulang dalam keadaan wajah yang berdarah (karena perbuatan warga Thaif yang melempari batu). Ketika aku berhenti di Qarnul Tsaalib, aku melihat awan menaungiku sehingga aku merasa teduh. Lalu, malaikat Jibril memanggilku dan bertanya, "Sesungguhnya Allah telah mendengar hinaan kaummu dan penolakan mereka terhadapmu. Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu."
Kemudian, malaikat menawarkan kepada Rasulullah Saw, apakah beliau mau jika dua gunung yang ada di kota Mekkah ditimpakan kepada mereka sebagai pembalasan. Namun, bagaimana jawaban Rasulullah Saw? Rasulullah Saw yang mulia menolak tawaran itu. Tidak terbesit sedikitpun di dalam hati beliau niat untuk membalas sikap buruk mereka.
Rasulullah Saw justru mendoakan mereka,"Aku berharap mudah-mudahan Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka (keturunan) yang menyembah Allah Yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun."(HR. Bukhari dan Muslim)
Subhanallah!Saudaraku, dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran berharga. Bahwa Rasulullah Saw tidak pernah membalas sikap buruk orang lain kepada beliau dengan keburukan. Rasulullah Saw justru tetap melanjutkan perbuatan baik terhadap mereka.
Salah satu cara Rasulullah Saw menyikapi hinaan adalah dengan mendoakan orang-orang yang menghinanya. Beliau mendoakan agar mereka diberikan petunjuk oleh Allah Swt sehingga bisa berada di jalan yang lurus. Rasulullah Saw memahami bahwa yang bisa beliau lakukan adalah menyeru mereka kepada kebaikan, adapun hidayah adalah kekuasaan Allah Swt.
Oleh karena itu saudaraku, janganlah membalas hinaan orang kepada kita dengan perbuatan yang sama. Sungguh tidak berbahaya hinaan orang itu. Yang berbahaya adalah jika kita yang melakukan penghinaan itu. Hinaan orang tidaklah berbahaya, yang berbahaya adalah jika kita melakukan perbuatan hina.
Jangan membalas hinaan dengan hinaan, karena sesungguhnya orang yang melontarkan ucapan-ucapan buruk tiada lain adalah sedang memperlihatkan keburukan dirinya sendiri. Bukankah moncong teko hanya mengeluarkan apa yang ada di dalam teko. Jika isinya air jernih, maka yang keluarpun jernih. Jika isinya air kotor, maka itulah yang keluar.
Semoga Allah Swt. melimpahkan hidayah kepada kita sehingga setiap ucapan dan tindakan kita senantiasa terjaga dan terpelihara.[*]
Sumber: mozaik.inilah.com
Post a Comment