Senin (30/5/2016) kemarin adalah hari yang paling bersejarah untuk pemuda yang baru saja meraih gelar (S.Kom) di Universitas Ichsan Gorontalo ini. Kerja keras, disiplin, tekun, seperti pesan almarhum ayahnya, jadi motivasi baginya.
Yang selalu ia ingat dan selalu ia pegang pesan dari almarhum sang ayah "Selesaikan kuliah. Jangan dulu berfikir macam-macam," almarhum ayahanda Waldian yang wafat pada 20 Desember 2010. Saat ayahanda tercinta menutup usia, kala itu Waldian masih duduk di bangku SLTA.
Sepeninggalan ayahanda tercinta, Waldian hidup bersama ibundanya yang berprofesi sebagai seorang guru. Tekadnya pun bulat. Ia mewujudkan apa yang menjadi pesan terakhir dari sang ayah tercinta, yakni selesaikan jenjang pendidikan kuliah.
Tak heran, setelah lulus sekolah pada tahun 2011, Waldian langsung mendaftarkan diri ke Universitas Ichsan Gorontalo. Ia pun tertarik untuk mendalami jurusan Ilmu Komputer di kampus hijau tersebut.
Masa kuliah yang dijalani, tak semudah yang dibayangkan. Ada saja halangan yang harus dihadapi. Maklum, untuk biaya kuliah Waldian hanya bergantung dari sang Ibu. Tapi tekad sudah bulat, tembok sekalipun siap dirobohkan, demi mewujudkan cita-cita.
Dan akhirnya, Senin (30/5)pagi menjadi hari bersejarah dalam hidup Waldian. Dimana, tali toga miliknya dipindahkan dari kiri ke kanan oleh sang Rektor.
Ia pun bergegas keluar dari gedung lokasi penyelenggaraan wisuda. Terik matahari siang terasa tak lagi menyengat. Rasa haru dan gembira menjadi satu. Membakar semangat Waldian untuk menjalankan nazarnya.
"Saya sudah bernazar. Bila kuliah saya selesai, saya akan berjalan kaki dari lokasi wisuda ke makam almarhum ayah saya," ujarnya.
Tak banyak yang dilakukannya di depan makam Almarhum Ayah. Tak mau lepas baju wisuda, Waldian lantas membersihkan makam Ayah tercinta.
Tak tunggu lama, air mata wisudawan peraih IP sangat memuaskan ini pun perlahan jatuh. Bibirnya terlihat bergetar, seakan ingin berbagi kegembiraan dengan Ayahnya.
Dengan suara lirih, perlahan lantunan doa dipanjatkan Waldian bagi ayahnya. "Saya dedikasikan semua ini buat ibunda tercinta yang kini masih setiap membimbing dan mendidik saya, serta buat almarhum ayahanda tercinta. Semoga Ayah tersenyum dan bangga atas keberhasilan saya ini," tutup Waldian, sembari mencoba menutupi mukanya yang dibasahi air mata.
Post a Comment