Khalifah Umar bin Abdul Aziz menaruh perhatian yang sangat besar dalam hal menyebarkan kebaikan-kebaikan di tengah-tengah masyarakat. Kebaikan dalam bentuk apapun, termasuk selera rakyat. Ia memanfaatkan madrasah-madrasah, majelis-mejelis ilmu dan sarana pendidikan ummat lainnya untuk menyebarkannya.
Keajaiban sosial pun terjadi. Revolusi yang diusung Khalifah Umar bin Abdul Aziz ternyata mampu mewarnai selera, karakter, kepribadian, kebisaan dan hobi masyarakat dalam tempo waktu yang sangat singkat. Dua puluh sembilan bulan saja.
Ibnu Jarir ath-Thobari menceritakan perjalanan selera dan kakater sosial dengan sangat manis dalam buku tarikhnya. Ujarnya, "Walid adalah pemimpin yang terkenal dengan pembangunanpembangunannya. Karena itulah masyarakat pada saat itu, jika mereka saling bertemu, maka mereka akan saling menanyakan tentang rumah dan bangunan masing-masing. Kemudian tampillah Sulaiman. Ia adalah pemimpin yang terkenal dengan menikah dan makan. Karena itulah masyarakat pada saat itu, jika mereka saling bertemu, maka mereka akan saling menanyakan tentang istri dan budak-budak yang dimiliki oleh masing-masing. Ketika Umar bin Abdul Aziz memimpin, berubahlah semuanya. Masyarakat pada saat itu, ketika mereka saling bertemu, maka mereka akan saling bertanya tentang, bagaimana kamu melewati malam-malammu? Berapa banyak ayat al-Qur'an yang sudah kamu hafal? Kapan kamu selesai menghafal semuanya? Kapan kamu biasa mengkhatamkan al-Qur'an? Puasa sunnah apa saja yang telah kamu kerjakan di bulan ini?"
Mengubah selera pembicaraan masyarakat itu tidak mudah, apalagi kebiasaan mereka. Namun dengan semangat dan keteladanan, Umar bin Abdul Aziz mampu melakukannya. Semula masyarakat gemar berbicara tentang kemegahan dunia. Namun setelah Umar bin Abdul Aziz memimpin, tema pembicaraan mereka berubah. Masalah-masalah agama, ibadah dan kampung akhirat. Tentu ini adalah revolusi sosial yang menakjubkan.
Post a Comment