Perubahan-perubahan alam terus terjadi dan menuntut kita melakukan adaptasi (penyesuaian diri). Planet bumi melakukan rotasi sehingga setiap 24 jam terjadi pergantian siang dan malam. Bumi juga bergerak mengelilingi matahari sehingga setiap tahun terjadi perubahan musim.
Di daerah ekuator, seperti Indonesia, Brasil, dan Afrika, dalam setahun mengalami dua musim, panas (kemarau) dan hujan. Di daerah subtropis, seperti Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat, mengalami empat musim dalam setahun, yaitu musim dingin, musim semi, musim panas, dan musim gugur. Dengan adanya perubahan musim ini, semua makhluk hidup harus mampu beradaptasi sesuai lingkungannya masing-masing. Puasa merupakan salah satu cara terbaik untuk melakukan hal tersebut.
Tanaman beradaptasi atas perubahan musim ini. Ada yang tumbuh pada musim panas dan istirahat pada musim dingin atau sebaliknya. Intinya, tanaman akan menghentikan produksinya pada kondisi lingkungan yang tidak nyaman sehingga perubahan musim ini menyebabkan terjadinya perubahan ketersediaan tanaman sebagai sumber makanan binatang.
Di daerah subtropis, pada musim dingin tersedia lebih sedikit tanaman untuk dimakan. Dengan berkurangnya makanan, setiap binatang merespons dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang melakukan perjalanan jauh menuju tempat yang Iebih hangat dan banyak tersedia makanan. Ada yang mengumpulkan persediaan makanan untuk persiapan musim dingin. Ada juga yang makan sebanyak-banyaknya, lalu berpuasa. Dilanjutkan dengan tidur dalam waktu yang panjang.
Kemudian, tanaman di daerah tropis juga melakukan penyesuaian diri dengan perubahan musim. Setiap jenis tanaman mempunyai siklus musim berbunga dan berbuah. Karenanya, kita mengenal adanya musim rambutan, durian, atau panen raya padi. Di beberapa wilayah tropis yang ekstrem, kita bahkan menemukan adanya musim kemarau panjang yang membuat sungai, danau, dan tanaman menjadi kering. Dengan berkurangnya sumber makanan, binatang di daerah tropis pun menyesuaikan diri dengan berpindah tempat, berpuasa, bahkan ada yang bersifat kanibal (memakan "sesamanya" yang lebih lemah).
Untuk beradaptasi terhadap perubahan musim dan potensi kekurangan sumber makanan, Allah SWT melengkapinya dengan kemampuan untuk berpuasa. Kelelawar, tikus, landak, katak, kadal air, kadal darat, ular, siput, lalat, lebah, serangga, beruang, dan buaya melakukan puasa ketika meng-hadapi musim dingin dengan polanya masing-masing. Ada yang berpuasa dalam hitungan hari dan ada yang hingga hitungan bulan. Berat badan mereka akan berkurang hingga setengahnya. Namun, sebelum berpuasa, mereka makan sebanyak mungkin.
Puasa pada musim dingin disebut dengan istilah hibernasi atau "tidur panjang pada musim dingin". Binatang-binatang yang melakukan hibernasi menurunkan suhu tubuhnya hingga 1�C di atas suhu lingkungannya (contoh: anjing laut, singa laut, ulat bulu, penguin, dan sebagainya). Detak jantung mereka berjalan lambat hingga 2% dibandingkan dengan detak jantung pada saat normal. Konsumsi oksigen mereka pun berkurang hingga 3% dari konsumsi normal.
Sebaliknya, di daerah dengan musim panas dan kering yang berkepanjangan, binatang-binatang di sekitarnya juga berpuasa. Selain karena langkanya sumber makanan, juga menghindari terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan). Puasa pada musim panas disebut dengan istilah aestivasi atau "tidur panjang pada musim panas". Binatang-binatang yang berpuasa pada musim panas, seperti buaya, ular, serangga, bekicot, katak, kepiting, dan capung. Ada yang berpuasa beberapa hari saja, tapi ada pula yang berpuasa hingga enam tahun, seperti keong.
Beberapa jenis ikan di Afrika juga melakukan puasa pada musim panas. Misalnya, ikan jenis paru-paru (sejenis ikan primitif yang bernapas dengan paru-paru) mengubur dirinya di dalam dasar sungai yang kering. Di sana, ia mulai berpuasa, diam, dan tidak bergerak. Hal ini dilakukannya sampai sungai-sungai mulai dipenuhi air. Pada saat itulah, ia kembali menjalankan kehidupannya dan keluar dari bahaya panas yang ditakutinya.
Selain karena perubahan musim dan langkanya sumber makanan, beberapa binatang juga berpuasa untuk aktivitas-aktivitas tertentu. Ikan salmon, penguin, angsa, anjing laut, singa laut, dan ulat bulu melakukan puasa pada saat musim kawin. Beberapa di antaranya berpuasa berbulan-bulan. Seekor pejantan anjing laut selalu berpuasa selama menggauli betina pasangannya, bahkan dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama hingga beberapa minggu.
Untuk menjaga habitatnya, ikan salmon menahan dirinya dalam sungai sampai bertelur. Dia berjuang melawan arus deras yang mengempaskannya untuk bertelur. Sangat mengagumkan bahwa ikan-ikan itu dapat menempuh jarak 1.500 km dalam keadaan berpuasa.
Menurut para ahli, puasa telah membantu ikan-ikan tersebut mengurangi gelembung-gelembung lemak yang membuat tubuhnya membesar. Saat berpuasa itulah, tubuhnya menjadi lebih ringan, lincah, dan gesit sehingga dapat menghindari jala-jala para nelayan yang selalu mengincarnya dalam perjalanan yang jauh dan melelahkan itu. Setelah ikan-ikan salmon itu bertelur di air tawar, ikan-ikan yang baru dilahirkan juga kembali melakukan perjalanan dari sungai ke laut. Begitu seterusnya.
Beruang putih betina juga berpuasa sepanjang musim dingin dengan cara mengubur diri di bawah gumpalan salju tebal. Saat itu, beruang betina bisa melahirkan beruang-beruang kecil yang menikmati susu induknya selama berada dalam persembunyian. Setelah itu, beruang kecil akan dibantu induknya untuk mengirup udara bebas di luar. Saat musim dingin telah usai, sang induk baru keluar dari persembunyiannya. Setelah itu, dia tidak berpuasa lagi. la kembali menikmati makanan-makanan yang telah dipersiapkannya sebelum memasuki masa berpuasa.
Puasa juga dilakukan oleh ular laut. Setelah melahirkan anaknya, biasanya ia mengalami banyak hal yang ditemuinya di dasar laut. Saat itu, terjadi peristiwa yang aneh. la membantingkan dirinya hingga giginya rontok. Selanjutnya, ia berpuasa selama delapan bulan penuh. Setelah selesai berpuasa dan gigi-giginya tumbuh kuat, ia menjalankan kegiatannya kembali.
Contoh-contoh di atas merupakan petunjuk betapa bernilainya ibadah puasa ini. Semua itu menegaskan bahwa bukan hanya kita yang berpuasa di dunia ini. Makhluk hidup lain pun berpuasa. Mereka berpuasa agar dapat melanjutkan aktivitasnya dan dapat mengganti seI-selnya yang rapuh dengan sel-sel baru yang sehat.
Namun, binatang menjalankan puasa hanya demi alasan ?sik dan keberlangsungan spesiesnya. Berbeda dengan manusia, puasa bukan hanya demi alasan-alasan material (fisik), tetapi juga demi alasan-alasan psikologis dan spiritual. lntinya, puasa sangat bermanfaat bagi keseluruhan dimensi yang ada pada dirinya (badan dan jiwa).
Post a Comment