"Monster Sangatta", Istilah ini sering disematkan warga Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur kepada buaya yang memangsa manusia disana.
Setiap kali ada buaya memangsa orang, warga biasanya menggunakan jasa pawang buaya untuk menemukan binatang buas si pemangsa agar dapat menemukan jasad korbannya.
Yusran salah satunya, telah teruji berkali-kali menangkap buaya. Ia pernah menjinakkan buaya sepanjang lima meter seberat 400 kilogram. Warga Kelurahan Guntung, Kota Bontang, Kalimantan Timur itu sudah 18 kali melumpuhkan buaya.
"Kami dapat informasi dari paman Anto bahwa ada yang lebih dekat dan lebih baik. Karena itu kami minta tolong bantuannya. Tidak perlu jauh-jauh ke Sangatta," ujar kakek Anto Abdul Fatah.
Awalnya keluarga Anto akan memanggil pawang yang menaklukkan 'Monster Sangatta'. Pawang yang menggantikan pawang 'Monster Sangatta' itu bernama Yusran. Saat ditemui usai Salat Ghaib, pria berusia 66 tahun ini mengaku sebagai korban keganasan buaya, termasuk buaya di Sungai Santan. Yusran yang menggunakan peci haji dan sorban melingkar di lehernya menceritakan, dulu anak kandungnya pernah menjadi korban buaya Guntung.
"Saat itu saya naikkan 27 buaya untuk mencari pelaku sesungguhnya dan alhamdulillah berhasil," ujar Yusran. Korban keganasan Sungai Santan, 2007 lalu tak lain adalah cucu Yusran. Ia menduga buaya yang memangsa Anto adalah buaya yang pernah memangsa cucunya.
Yusran mengaku telah menurunkan satu butir telor ayam kampung, pinang dan daun siri dan tembakau ke Sungai Santan. Ritual itu dilakukan untuk menghormati roh-roh pendahulu yang menghuni daerah sekitar Sungai Santan. "Ini dulu ajaran kedewaan untuk menghormati pendahulu kita," katanya.
Setelah itu, tepat pukul 22.00 wita, Yusran, Bagi dan Samad turun ke Sungai Santan hanya dengan perahu kecil dan dayung.
Tidak ada senjata tajam yang mereka bawa. Hanya berbekal bambu dan tali. "Mudah-mudahan malam ini kita bisa segera menemukannya," ujarnya.
Ia belum mengetahui secara pasti apakah buaya tersebut masih berkeliaran di Sungai Santan atau bersembunyi di anak-anak sungai. Yang pasti kata Yusran, buaya-buaya itu bukan buaya jadi- jadian seperti yang dikisahkan banyak orang.
"Buaya ini disisihkan dari kelompoknya karena terpengaruh roh-roh buaya dulu. Makanya dia bersalah," ujar pawang yang pernah menangkap buaya paling besar sepanjang tiga meter dengan berat sekitar 80 kg.
Monster Sangatta
ADA dua ekor buaya "raksasa" dari Kalimantan Timur sering dipamerkan. Tahun lalu, misalnya, kedua ekor buaya yang telah diawetkan itu dibawa ke arena pameran Sei Makaham di Bentara Budaya Jakarta, tanggal 7 sampai 16 November 2014.
Kedua ekor buaya muara monster Sangatta ini pernah menggegerkan masyarakat Kaltim pada tahun 1996 karena telah memangsa dua manusia di dua tempat terpisah hanya dalam selisih waktu satu bulan.
Lalu penduduk memburu dan membunuh kedua buaya ini untuk mengeluarkan potongan tubuh korban yang tertinggal di dalam perutnya.
Post a Comment