http://ift.tt/2b7bnV9
POSMETRO INFO - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) Andreas H Pareira, menilai, Gubernur DKI Jakarta yang menjadi calon petahana dalam kontes Pilkada DKI Jakarta hanya menjadikan partai politik `kuda tunggangannya`.
Andreas mengatakan, hal tersebut terlihat jelas dari kekuasaan yang ia miliki saat ini. "Ahok sebenarnya memang tidak membutuhkan partai-partai politik dan konstituen parpol. Dia hanya melihat parpol sebagai `kuda tunggangan` untuk berkuasa di DKI," katanya di Jakarta.
Menurut Andreas, Ahok berpikir sangat pragmatis, semua cara bisa digunakan. "Entah melalui Teman Ahok, parpol atau apapun. Yang penting berkuasa," katanya.
Namun, jika dilihat dari track recordnya, Ahok selama ini hanya memanfaat hal-hal tersebut hanya untuk mengejar apa yang diinginkan. Jika setelah berhasil mendapatkan hal itu, ungkap Andreas, Ahok akan langsung meninggalkannya.
"Terbukti dalam karir politik Ahok yang loncat dari satu parpol ke parpol yang lain. Saat pertama itu Ahok memulai karir dengan Partai Indonesia Baru (PIB) untuk jadi Bupati di Belitung," terangnya.
Usai berhasil, Ahok pun pindak ke Golkar, kemudian ke Gerindra untuk pencalonan Pilgub 2012.
"Ketika terpilih menjadi Wagub dengan mudahnya Ahok meninggalkan Gerindra. Menjelang pilgub 2017 Ahok membentuk Tim Sukses Teman Ahok untuk melalui jalur perseorangan dan berkoar-koar sudah mengumpulkan 1 juta KTP," ujar Andreas.
Namun saat sudah berhasil menggalang banyak `simpatisan` melalui jalur perseorangan, tiba-tiba Ahok memutuskan mencari dukungan dari parpol.
Saat ini Ahok mendapat dukungan dari tiga parpol. Namun belakangan Ahok terlihat mencoba mendekati PDIP. "Sekarang pola yang dipakai Ahok, mengadu domba, memecah belah antara kader dengan kader. Ahok dengan licik mencoba mengadu domba antara Djarot dengan partainya PDIP. Ahok sedang memainkan politik memecah belah," pungkasnya. [hanter]
Post a Comment