http://ift.tt/2bDHicM Seseorang yang di akun media sosialnya sering memposting foto makanan sering terlihat mengganggu, tapi apakah mereka juga mengalami gangguan kejiwaan?
Menurut ahli kejiwaan di Women's College Hospital di Universitas Toronto, Kanada, Dr. Valerie Taylor, terlalu banyak mengambil foto makanan bisa mengindikasikan gangguan kejiwaan dan pola makan lho.
Kok, bisa sih?
Mereka akan selalu membicarakan apa yang mereka makan, kapan mereka makan, dan apa yang akan mereka makan nantinya. Seperti yang diungkapkan Taylor pada The Huffington Post.
Dalam presentasinya yang berjudul "Food Fetish: Society's Complicated Relationship with Food" di Canadian Obesity Summit di Vancouver tahun 2013, ia menyatakan bahwa bagi beberapa orang yang memiliki kegelisahan dan kekhawatiran berlebih soal berat badan mereka, memfoto makanan dan mempostingnya online akan membuat mereka sedikit tenang.
Kita biasanya mengambil gambar hal-hal yang kita anggap penting, dan bagi beberapa orang, makanan adalah salah satu pusat kebahagiaannya, dan hal lainnya hanya dianggap sebagai pelengkap. Kecuali jika pekerjaan orang tersebut memang mengharuskannya untuk memposting berbagai makanan di media sosial, maka hal ini belum tentu valid baginya.
Namun jika kita tidak terlalu obsesif dalam mengambil foto makanan hanya mengindikasikan bahwa kita ingin berbagi cerita soal apa yang baru saja kita lakukan, dan makanan hanya sebagai faktor pendukung cerita.
Penulis makanan Josh Ozersky dalam pernyataannya di kolom Eat Like a Man mengungkapkan bahwa setiap orang yang memiliki kecenderungan untuk selalu menggunakan kamera gawainya untuk memfoto makanannya perlu waspada. Karena alih-alih mengambil gambar dengan siapa kita sedang makan, kita justru memberitahu orang-orang soal apa yang sedang kita makan.
Post a Comment